Kado Terindah
Riuh. Itulah suasana yang sering
terjadi di kelas aku. Awalnya, aku merasa sangat tidak nyaman dengan kelas baru
itu tapi dengan berjalannya waktu aku menikmati suasana tersebut.
“Yun,,, kamu punya pena 2 ngak?” sapa Jhon membuat
aku kaget.
“Hmmm, ntar aku liat dulu,,,” kataku sambil
membuka tas kecil ku dan aku menemukan beberapa pena yang tertata rapi dalam
tas tersebut. Dengan lembut aku meraih salah satu dan memberikannya kepada
Jhon. Jhon menghilang dari depanku seperti angin yang menghilang tanpa jejak.
Aku memperhatikan teman-teman aku yang sibuk untuk mengerjakan PR Biologi.
Terkadang aku mendengar perdebatan kecil yang terjadi diantara mereka berkaitan
dengan jawaban yang berbeda-beda.
Kring.... kring.... kring...
bunyi bel sekolah pertanda pergantian jam pelajaran ketiga yang merupakan jam
terakhir. Ibu Ida guru Biologi sudah berada dalam kelas dan memerintahkan untuk
mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Dengan gesit kami
mengumpulkan tugas-tugas tersebut kepada ketua kelas. Jam pelajaran dimulai.
Suasana kelas yang awalnya riuh
menjadi adem. Bukan kerena Ibu Ida jahat namun cara Ibu Ida mengajar membuat
kami semua terbius. Entah mengapa ibu Ida menjadi guru yang paling berbeda
diantara guru-guru yang lain. Bukan hanya kelas aku yang merasakan perbedaan
cara mengajar ibu Ida dengan guru-guru lainnya, namun hampir semua kelas di
mana Ibu Ida ngajar pasti akan meninggalkan kesan tersendiri untuk
anak-anaknya.
Jam pelajaran berlalu begitu
cepat dan kami pun beranjak perlahan-lahan meninggalkan kelas. Sepih
***
Angin sepoi-sepoi merasuk ke
dalam kamar ku. Aku menikmati hembusan
angin sambil menaikan ucapan terima kasih untuk angin yang aku masih bisa
rasakan di tengah-tengah panasnya terik matahari.
Mataku menatap bingkai foto kecil
yang terpampang indah di atas meja belajarku. Aku dan Kris. Dengan cepat
pikiran aku melayang pada masa lalu ku bersama Kris.
Kris, adalah sahabatku sewaktu
aku masih di Desa. Setiap hari aku selalu menghabiskan waktu bersama dengannya
hingga aku pindah ke Kota Kupang karena pekerjaan ayah. Meninggalkannya adalah
hal yang cukup menyakitkan bagi aku. Namun, terdapat kenangan-kenangan indah
bersamanya yang dapat membuat aku tersenyum. Aku teringat, pada suatu hari,
tepatnya hari Rabu sore, dia datang ke rumahku dan mengajak ku ke padang yang
tidak jauh dari rumahnya.
Suasana di sekitar padang
benar-benar sepih, hanya suara angin yang menderu ditambah dengan suara ruput
kering berwarna coklat
“Yun,,,,” panggil Kris. Aku menoleh ka arahnya
yang tepat di belakang aku. Senang bahkan pengen untuk menitikkan air mata saat
aku melihat sebuah tulisan macil dan manis yang terukir indah pada kertasa
berwarna merah bata. “kamu adalah kado terindah untuk ku” itulah bunyi tulisan
itu. Dengan cepat aku berlari ke arahnya dan manatap tak percaya dengan tulisan
itu. Baru pertama kali dalam hidup aku, aku menemukan orang yang mengatakan
jika aku adalah kado terindah dalam hidupnya. Orang tua akupun belum perna
mengatakan kepada aku kalo aku adalah kado terindah buat mereka.
“Kris,
kamu... ka,,,” kata ku sambil menunjuk tulisan tersebut dan menatapnya dengan
terharu. Kris tersenyum simpul padaku. Dengan perlahan aku duduk dan Krispun
duuk tepat di samping ku
“Kenapa
kamu menuliskan ini untukku?” tanyaku
“Yuni,
aku percaya kalo segala yang terjadi dalam hidup aku bahkan ketika aku bertemu
dengan kamu, aku bersahabat dengan kamu, itu semua adalah kado terindah untuk.
Aku percaya kalo segala hal itu ngak ada yang kebetulan. Makanya aku ingin
untuk bilang pada orang lain yang ada dalam hidup aku termasuk kamu kalo semua
itu adalh kado terindah untuk aku. Kamu juga sedikit lagi akan pindah ke kota
jadi aku pengen untuk kamu ngak melupakan aku ketika kamu di sana” jalas Kris
panjang lebar sambil tersenyum. Aku merenung. kata-kata yang diucapkan oleh
Kris itu benar-benar menyadarkan aku kalo segala hal yang aku punya sekarang
itu adalah kado terindah yang aku punya yang perlu untuk aku syukuri.
Padang
menjadi tempat untuk terakhir kalinya aku bertemu dengan Kris dan kenangan
terindah dari beribu-ribu kenagan antara aku dan dia.
Suara
ketukan pintu, membuyarkan semua memori aku tentang Kris. Dengan cepat aku
berlari dan meraih pintu lalu membukanya. Mama tersenyum pada ku.
“Ada
teman kamu tuh...” kata mama sambil menunjuk ke arah ruang tamu. Teman? Siapa?
Kris? Ngak mungkin Kris, aku kan uda jarang memberikan kabar buat dia. Apakah
Jhon yang mengembalikan pena aku? Ngak mungkin juga. Masih banyak pertanyaan
yang terngiang-ngian di pikiran aku tentang teman yang datang menemui aku.
Betapa
terkejutnya aku ketika aku melihat sosok yang duduk di ruang tamu bersama Papa.
Kris. Sahabat aku yang dari Desa ada di rumah aku bahkan ada di depan aku. Kris
tersenyum pada ku dan aku membalas senyumanya sambil duduk. Papa meninggal
kami.
Bahagia,
itu yang aku rasakan. Kami pun mulai berbagi cerita hingga Kris wktu yang
memisahkan kami. Kris tinggal beberapa hari di Kupang karena ada beberapa
urusan yang akan diselesaikan dan beberapa hari itu kami sering bertemu dan
berbagi cerita. Hingga akhirnya ia kembali ke Desa.
***
Keberadaan
aku di kota Kupang bahkan keberadaan teman-teman aku tidak menghapus
persahabtan aku dengan Kris. Bahkan aku semakin bersyukur dengan persahabatan
yang perna terjalin antara aku dan Kris.
Kado
terindah yang kris perna ucapkan untuk aku, aku pun belajar untuk mengatakan
kepada rang tua aku, teman-teman aku. Dengan berjalannya waktu aku
semakinmerasakan dampak baik dari kata-kata yang perna dituliskan Kris untuk
ku.
“Kris kamu adalah kado terindah untuk ku.
Yuni”
Tulis ku pada sebuah kertas dan
meletakan pada foto yang terpampang di meja belajar.
Karya
Sherly Ato
Tidak ada komentar:
Posting Komentar