Jumat, 27 Maret 2015

Cerpen "Kado Terindah"



Kado Terindah

Riuh. Itulah suasana yang sering terjadi di kelas aku. Awalnya, aku merasa sangat tidak nyaman dengan kelas baru itu tapi dengan berjalannya waktu aku menikmati suasana tersebut.
“Yun,,, kamu punya pena 2 ngak?” sapa Jhon membuat aku kaget.
“Hmmm, ntar aku liat dulu,,,” kataku sambil membuka tas kecil ku dan aku menemukan beberapa pena yang tertata rapi dalam tas tersebut. Dengan lembut aku meraih salah satu dan memberikannya kepada Jhon. Jhon menghilang dari depanku seperti angin yang menghilang tanpa jejak. Aku memperhatikan teman-teman aku yang sibuk untuk mengerjakan PR Biologi. Terkadang aku mendengar perdebatan kecil yang terjadi diantara mereka berkaitan dengan jawaban yang berbeda-beda.
Kring.... kring.... kring... bunyi bel sekolah pertanda pergantian jam pelajaran ketiga yang merupakan jam terakhir. Ibu Ida guru Biologi sudah berada dalam kelas dan memerintahkan untuk mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Dengan gesit kami mengumpulkan tugas-tugas tersebut kepada ketua kelas. Jam pelajaran dimulai.
Suasana kelas yang awalnya riuh menjadi adem. Bukan kerena Ibu Ida jahat namun cara Ibu Ida mengajar membuat kami semua terbius. Entah mengapa ibu Ida menjadi guru yang paling berbeda diantara guru-guru yang lain. Bukan hanya kelas aku yang merasakan perbedaan cara mengajar ibu Ida dengan guru-guru lainnya, namun hampir semua kelas di mana Ibu Ida ngajar pasti akan meninggalkan kesan tersendiri untuk anak-anaknya.
Jam pelajaran berlalu begitu cepat dan kami pun beranjak perlahan-lahan meninggalkan kelas. Sepih

***
Angin sepoi-sepoi merasuk ke dalam kamar ku. Aku  menikmati hembusan angin sambil menaikan ucapan terima kasih untuk angin yang aku masih bisa rasakan di tengah-tengah panasnya terik matahari.
Mataku menatap bingkai foto kecil yang terpampang indah di atas meja belajarku. Aku dan Kris. Dengan cepat pikiran aku melayang pada masa lalu ku bersama Kris.
Kris, adalah sahabatku sewaktu aku masih di Desa. Setiap hari aku selalu menghabiskan waktu bersama dengannya hingga aku pindah ke Kota Kupang karena pekerjaan ayah. Meninggalkannya adalah hal yang cukup menyakitkan bagi aku. Namun, terdapat kenangan-kenangan indah bersamanya yang dapat membuat aku tersenyum. Aku teringat, pada suatu hari, tepatnya hari Rabu sore, dia datang ke rumahku dan mengajak ku ke padang yang tidak jauh dari rumahnya.
Suasana di sekitar padang benar-benar sepih, hanya suara angin yang menderu ditambah dengan suara ruput kering berwarna coklat
“Yun,,,,” panggil Kris. Aku menoleh ka arahnya yang tepat di belakang aku. Senang bahkan pengen untuk menitikkan air mata saat aku melihat sebuah tulisan macil dan manis yang terukir indah pada kertasa berwarna merah bata. “kamu adalah kado terindah untuk ku” itulah bunyi tulisan itu. Dengan cepat aku berlari ke arahnya dan manatap tak percaya dengan tulisan itu. Baru pertama kali dalam hidup aku, aku menemukan orang yang mengatakan jika aku adalah kado terindah dalam hidupnya. Orang tua akupun belum perna mengatakan kepada aku kalo aku adalah kado terindah buat mereka.
          “Kris, kamu... ka,,,” kata ku sambil menunjuk tulisan tersebut dan menatapnya dengan terharu. Kris tersenyum simpul padaku. Dengan perlahan aku duduk dan Krispun duuk tepat di samping ku
          “Kenapa kamu menuliskan ini untukku?” tanyaku
          “Yuni, aku percaya kalo segala yang terjadi dalam hidup aku bahkan ketika aku bertemu dengan kamu, aku bersahabat dengan kamu, itu semua adalah kado terindah untuk. Aku percaya kalo segala hal itu ngak ada yang kebetulan. Makanya aku ingin untuk bilang pada orang lain yang ada dalam hidup aku termasuk kamu kalo semua itu adalh kado terindah untuk aku. Kamu juga sedikit lagi akan pindah ke kota jadi aku pengen untuk kamu ngak melupakan aku ketika kamu di sana” jalas Kris panjang lebar sambil tersenyum. Aku merenung. kata-kata yang diucapkan oleh Kris itu benar-benar menyadarkan aku kalo segala hal yang aku punya sekarang itu adalah kado terindah yang aku punya yang perlu untuk aku syukuri.
          Padang menjadi tempat untuk terakhir kalinya aku bertemu dengan Kris dan kenangan terindah dari beribu-ribu kenagan antara aku dan dia.
          Suara ketukan pintu, membuyarkan semua memori aku tentang Kris. Dengan cepat aku berlari dan meraih pintu lalu membukanya. Mama tersenyum pada ku.
          “Ada teman kamu tuh...” kata mama sambil menunjuk ke arah ruang tamu. Teman? Siapa? Kris? Ngak mungkin Kris, aku kan uda jarang memberikan kabar buat dia. Apakah Jhon yang mengembalikan pena aku? Ngak mungkin juga. Masih banyak pertanyaan yang terngiang-ngian di pikiran aku tentang teman yang datang menemui aku.
          Betapa terkejutnya aku ketika aku melihat sosok yang duduk di ruang tamu bersama Papa. Kris. Sahabat aku yang dari Desa ada di rumah aku bahkan ada di depan aku. Kris tersenyum pada ku dan aku membalas senyumanya sambil duduk. Papa meninggal kami.
          Bahagia, itu yang aku rasakan. Kami pun mulai berbagi cerita hingga Kris wktu yang memisahkan kami. Kris tinggal beberapa hari di Kupang karena ada beberapa urusan yang akan diselesaikan dan beberapa hari itu kami sering bertemu dan berbagi cerita. Hingga akhirnya ia kembali ke Desa.

***
          Keberadaan aku di kota Kupang bahkan keberadaan teman-teman aku tidak menghapus persahabtan aku dengan Kris. Bahkan aku semakin bersyukur dengan persahabatan yang perna terjalin antara aku dan Kris.
          Kado terindah yang kris perna ucapkan untuk aku, aku pun belajar untuk mengatakan kepada rang tua aku, teman-teman aku. Dengan berjalannya waktu aku semakinmerasakan dampak baik dari kata-kata yang perna dituliskan Kris untuk ku.
“Kris kamu adalah kado terindah untuk ku.
Yuni”
Tulis ku pada sebuah kertas dan meletakan pada foto yang terpampang di meja belajar.




Karya
Sherly Ato

Tidak ada komentar:

Posting Komentar